Sabtu, 17 Oktober 2020

Celah Jeda Pandemik

Suatu pagi gue bangun dan kepikiran kalau yang sedang gue kerjakan ternyata tidak untuk gue.

Malamnya, setelah melewati lelah, kepikiran kalau gue sudah terlalu jauh tidak peduli.

Beberapa orang beranggapan kalau pandemik adalah jeda terbaik untuk memahami kemauan diri. Gue gak bisa. Waktunya justru semakin panik dan sempit. Tapi gue jadi berpikir lagi kalau memang yang bertanggung jawab atas diri gue ini adalah diri gue sendiri.

Manusia memang makhluk sosial, tapi bukan berarti jadi bergantung dan gak punya pilihan.

Gue akan mengambil jeda. Fungsinya adalah untuk memperkerjakan diri gue untuk diri gue sendiri. Belum pernah se-egois ini, tapi setelah melewati hal-hal belakangan ini, gue butuh memutuskan dan memantaskan diri untuk diri gue sendiri.

Concern gue sama bidang sosial yang getol gue lakuin itu untuk gue. Gue membutuhkan itu untuk energi. Makanya gue sebisa mungkin gak skip soal itu. Jangan sampai mental gue kehausan, karna kalau sampai dehidrasi, gue sudah tahu seperti apa saat tubuh gue kewalahan tidak secara fisik. Gue merasa berhutang karna pernah mendorong diri gue sendiri ke titik itu. Lebih berhutang lagi, karna bikin orang di lingkaran gue kesusahan. 

Jadi, ayo buat jeda. Jeda buat berjuang.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar