Nyaris kehilangan akun ini, penyakitnya gak jauh dari lupa password. Tapi kayaknya masih jodoh sama layaramanda sejak SMP hingga kini sudah bertumbuh, gak lagi gantungin kartu UN di leher, tapi kartu identitas pekerjaan.
Mundur dulu ke akhir tahun 2020. Keputusan resign dari kantor sebelumnya, di tengah pandemi, di akhir tahun. Tujuannya idealis banget, memenuhi cita-cita buat sekolah lagi. Kesannya kayak "idih berani banget". Gue ceritakan sedikit ikhtiar 'resign' gue ini yang sudah dipikirkan matang dan bukan keputusan sesaat karna desperate sama tugas kantor.
Etika resign itu penting. Jadi, ketika kamu pergi, itu gak kayak lagi kabur dari rumah. Perlu izin dulu, perlu pamitan sebelum akhirnya angkat koper terus pergi. Nah, perjalanan kerja gue di kantor sebelumnya ini nyaris 2 tahun (22 bulan). Tipikal dedicated dan loyal adalah konsep yang berusaha gue berikan di setiap lokasi gue bekerja. Kalau lihat gue tidak punya kerjaan lain selain kerja, itu sudah lumrah di kehidupan bekerja gue. Kadang gak bagus, tapi gue seneng aja ngerjainnya. Trying to give all that I can. Ya karena sudah tanggung jawab dan kewajiban. Simplenya, sudah amanah.
Membangun koneksi dengan rekan kerja yang udah kayak keluarga. Ditambah sudah paham dengan tantangan pola kerja. Jadi maju mundur, perlu atau enggak ya resign sekarang? Tapi impian gue sekolah gak dateng tiba-tiba, ini udah lama bangettttt. Tapi jaminan aman gak ya kalau akhirnya resign? Wah pemasukan nanti masuk dari mana?
Resign yang akhirnya gue pilih adalah jawaban dari pertanyaan gue selama berdoa dan izin orang tua. Ini berjalan nyaris tanpa kendala, karna gue tidak pernah melepaskan peran Tuhan dan orang tua dalam pilihan gue.
1. Sebelum menulis surat pengunduran diri, bicara langsung ke atasan
Gue langsung ke atasan karna alur kerja gue ini langsung ke Center Director kantor. Pembicaraan heart to heart ini penting. Gak perlu maksa pengen keluar, obrolin aja dulu, biar kelihatan jalan keluarnya harus memilih apa.
2. Persetujuan
Jika sudah aman dan disetujui, prosesnya tinggal buat surat pengunduran diri. Proses gue tidak berjalan lama untuk memenuhi ketentuan administrasi pengunduran diri. Ada beberapa surat yang harus dibuat dan ditanda-tangani. Nanti diarahkan terkait urusan asuransi/BJPS dan kewajiban lain yang harus gue lakukan dan kantor berikan kepada gue sebelum cabut.
3. Siap menuju cerita lain
Akhir bulan gue sudah resmi bisa keluar dari kantor. Ditutup dengan farewell dan potluck party sambil tuker kado. Gue juga meminta doa terbaik dari rekan kerja.
Setelah resign, tugas gue sudah bukan lagi ke perusahaan, tapi diri gue sendiri. Ini lebih menantang. Gue mulai latihan soal, cek pengajuan sekolah di beberapa universitas yang gue apply, melengkapi persyaratan ini dan itu, ikut ujian ini dan itu.
Ada ujian yang gagal, tapi ada juga yang berhasil. Mulai kalut, karna kegagalan dan keberhasilan cuma setipis rambut nih peluangnya. Sambil menuju ke ujian lainnya, gue tergoda buat apply ke sebuah pekerjaan. Jadi proses ini jadi jalan bareng, daftar sekolah dan nyambi daftar kerja.
Sudah sampai di awal bulan November, setelah gue resign di bulan Oktober. Belum ada tanda-tanda baik dari pengajuan beasiswa dalam keadaan gue sudah diterima di sebuah Universitas harapan gue dari SMA. Di sisi lain, pengajuan dan tes lolos kerja gue berhasil dan diterima.
Jadi pilih yangmana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar