Rabu, 17 Oktober 2018

Freedom of Speech, Where is it Exactly?

Kondisi A

Beberapa orang gue temukan lebih senang berbicara di lingkungan keluarganya. Di rumah mereka punya tempat bicara yang menyenangkan, jadi lebih terlihat aktif ketimbang di lingkungan luar rumah.

Kondisi B

Beberapa orang gue temukan lebih pendiam ketika di rumah. Sepi di dalam dan ramai di luar. Orang tuanya gak mengenal sosok X ini sebagai sosok yang periang, tapi sebaliknya. Tapi buat lingkungan sekolah atau teman sepermainannya, X adalah orang yang ramai. Bukan si pendiam atau si tidak banyak ngomel.

Hal yang gue yakini adalah; setiap orang punya hak untuk bicara, dimanapun, sesuai porsinya. Tapi gak semua orang menggunakan porsi suaranya atau pendapatnya di semua tempat (padahal punya porsi berpendapat). Kasusnya seperti cerita gue di atas.

Gue meyakini, periode gue ini generasi Y atau gen Y. Generasi yang ketika mendapatkan A akan bertanya Mengapa setelahnya.
Tapi, lagi-lagi, gak semua punya kesempatan buat mengajukan pertanyaan ‘mengapa’. Sebagian memilih diam dan sekedar menjalani.

Contoh kasusnya begini:
Lo disuruh merebus telur hingga setengah matang.
Perilaku pertama adalah melakukan sesuai perintah.
Perilaku kedua adalah bertanya mengapa harus setengah matang.

Miris banget, di perilaku kedua ini banyak orang yang tidak mendapatkan jawaban. Jadi ketika bertanya mengapa dan memberikan penjelasan, maka orang yang memberikan perintah malah mengulang suruhannya. Tidak mendengar bahkan tidak mau mendengar. Tentu akan berakhir ‘sekedar menjalani’.  

Kondisi semacam ini masih sering gue temukan, bahkan di sekitar gue. Bersyukurlah kalian dengan lingkungan yang suportif dan mau mendengar, bukan sekedar ingin didengar aja.

Lewat kondisi semacam ini, buat gue sendiri jadi pembelajaran untuk mau mendengar dan menghormati pendapat orang, dimanapun, di lingkungan manapun. Hmmm gue sedikit muak dengan superioritas yang gak dibarengi dengan etika kepemimpinan. Yang sering berakhir dengan ‘hanya mau didengar’ dan kita cuma bergerak kaya robot sesuai majikan mencet tombol apa, yang padahal kita punya hak buat bicara. Duh!

To you guys, yang pendapatnya masih terpendam, masih kekubur, gak usah cemas. Kalau tempat bicara lo bukan di tempat A, lo masih bisa menemukan tempat bicara di B, C, D hingga Z.
Gak bosen-bosen, gue bikin alarm buat please SPEAK UP! Setidaknya mencoba untuk bicara. Mempertahankan diri adalah hak manusia.

Selalu ada tempat buat berpendapat. Find your places! If none, make your places!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar