Sebelumnya setiap mau nanya gue keringet dingin. Tangan gue
dingin semua. Mules. Pengen kabur. Padahal baru ‘mau’ baru niat. Tapi lama
kelamaan gue merasa kesulitan dengan diam. Diam gue ini cuma membuat gue
berputar di dalam spekulasi gue sendiri yang tentunya tidak menyelesaikan
masalah. Kemudian membuat posisi gue menjadi abstain atau idem aja sama kayak
yang lain karena gue gak berani memerdekakan ide gue sendiri.
Masalah bicara itu perkara gede buat gue. Perkara malu.
Perkara ‘ngapain ngomong itu mah bisa kali lo overcome sendiri’ lalu gue akan
lebih banyak diam dan gak usah ngomong, walaupun sebenernya ada bahkan banyak
yang mengganjal. Simpan pertanyaan, gue tanyain ke temen-temen yang gue anggap
mumpuni.
Kemudian gue percaya bawa bicara itu adalah skill. Bisa
bicara dengan bebas dan lantang adalah anugerah yang harus dimanfaatkan. Gue
kagum sama orang-orang di sekitar gue yang berani banget buat nanya, buat
ngomong. Kayak yang percaya diri banget gitu buat nanya, buat bicara padahal
itu konferensi tingkat regional. Besar. Kenapa mereka bisa seberani itu?
Gue tanya ke temen gue, sahabat gue, cewek. Gue tanya tips
dia kenapa bisa berani ngomong
“Aku juga deg-degan kali. Tapi pas udah ngomong sih enggak.
Beraniin aja, paksa. Bisa kok”
Kalau sahabat gue yang cowok:
“Ini mah problemnya sama kaya thesis gue Man” iya ini
sahabat gue yang cowok ini udah melanglangbuana kemana-mana, udah gada space
kosong buat takut in his self.
Dari keberanian mereka bicara, mereka akhirnya bisa
kemana-mana. Bisa ke benua macem-macem. Bukan buat liburan, kalau liburan semua
orang juga bisa kemana-mana, tapi buat alasan studi dan undangan konferensi.
Secara sederhana yang gue pelajari dari mereka, mereka berani bicara.
Memerdekakan ide mereka gak usah peduli orang bilang apa. Toh penonton cuma
diem, dengerin kita ngomong, paling jeleknya ngomongin di belakang. You are
better then them yang diem-diem aja tapi ngedumel kalau kita lagi berpendapat.
Sebagus apapun ide
kalau gak diomongin
cuma jadi wacana
Gue belajar menyampaikan pendapat. Gue belajar menaklukan
rasa takut gue di depan khalayak umum, berdiri dan megang mik. Iya, tangan gue
dingin. Benget. Suara gue sering bergetar. Tapi suara gue ini hadiah besar dari
Allah.
Gue terbiasa angkat tangan buat nanya. Gue terbiasa aktif di
setiap diskusi kelompok. Gue mamaksa diri gue buat berani ngomong sama orang
asing. Sampai-sampai beberapa orang ga nerima pertanyaan gue kalau lagi dikusi
di kelas HEHE. Di event kampus juga gue belajar buat bicara, awalnya gue tidak
mementingkan konten, toh yang gue inginkan waktu itu adalah belajar berani bicara dan
memanfaatkan kondisi yang full audience sebagai tantangannya. Tapi lama-lama
kelamaan, ketika gue terbiasa dikelilingi audience, gue mulai memperhitungkan
konten.
Perubahan besar terjadi setelah gue selesai kuliah. Beban
pikiran gue gak berat, lo tau kenapa? Karena gue tidak menahan ide gue untuk
tidak gue keluarkan. Jangan anggap ide kamu gak penting, kamu penting, ide kamu itu berharga.
Speak up princess!
Let them hear you voice!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar