Sabtu, 14 April 2018

How to Deal with SKRIPSI

Well, Hi Glad!
Drama skripsi sudah selesai. Alhamdulillah. Setelah tawa dan tangis dan segala embel-embelnya beres juga. Gue pamit undur diri dari studi strata 1 gue yang gue tempuh selama 3,5 tahun. Iya ambil skripsi lebih cepat. Enam bulan lebih cepat di dunia perkuliahan was a blessing babe.

3,5 tahun tidak menunjukkan kamu adalah college creature yang pintar. Pintar secara akademik ataupun etika. 3,5 tahun cuma perkara waktu. That's it. 3,5 tahun mungkin cuma menjamin bahwa kamu punya waktu sedikit lebih cepat untuk browsing kerjaan dan melakukan aktivitas lain ketika temen yang lain masih berjibaku sama revisian. Itu pun patut disyukuri.

But, again; 3,5 tahun bukan jaminan kamu sudah cukup berpengalaman untuk terjun ke masyarakat. Jadi, stop, mengkorelasikan periode waktu dengan kapabilitas orang. Spekulasi 3,5 tahun ambis dan pintar itu menurut gue gak sesuai dengan kenyataan.

Source: Pinterest

How to deal with SKRIPSI?

Di lingkungan gue, mayoritas, mandang skripsi sebagai momok yang mengerikan dan nyebelin. Sedangkan menurut gue, pandangan kaya gitu harusnya gak ada. Justru seharusnya senang, kapan lagi bisa bikin karya ilmiah yang senjelimet itu terus di publish dan bisa jadi bahan rekomendasi akademika lainnya. Itu EPIC.

Bahkan, di lingkungan belajar gue anak-anak lebih capek ngejer dosen ketimbang penelitiannya. Dosen yang masih harus bimbing tapi juga punya kesibukan di luar itu. Jarang ketemu terus langsung accepted aja. Luckily gue tidak mengalami itu.

How to deal with skripsi?

Skripsi bukan hal yang malesin kalau tema yang diangkat sesuai sama apa yang kita suka. Ngerjain skripsi justru bakal bikin kita terus-terusan penasaran. Bikin kita seneng buat browsing data. Jadi, memilih masalah yang sesuai sama apa yang kita suka bisa jadi cara biar kita naksir buat ngerjain skripsi.

Jangan nunda ngerjain revisian. Terutama buat yang dosen pembimbingnya super sibuk. Karena jarang ketemu, kita harus bener-bener memanfaatkan waktu buat konsul. Pas konsul kita bawa naskah yang udah direvisi dan obrolin yang masih mengganjal.

Buat hubungan yang baik dengan dosen pembimbing. Alasan subjektif masih sering muncul dalam proses bimbingan. Gak usah ngajak bercanda deh kalau emang dosen lo itu gak bisa diajak bercanda. Jangan sok asik. Liat sikon dan pelajari karakter dosbim lo itu kaya gimana. Mungkin menurut lo gak penting, tapi lo bakal 'terperangkap' bersama dosbim lo itu selama SATU SEMESTER jadi mengenal sifat dosbim lo itu hukumnya KUDU.

Buat jadwal. Kapan harus revisi, kapan harus konsul dan kapan mulai penelitian atau terjun ke lapangan. Semuanya harus terjadwal dan teratur. Supaya bisa tepat waktu dan gak buang-buang waktu. Perizinan penelitian ke instansi pemerintahan itu gak gampang, makan waktu. Unless lo punya relasi.

Temukan teman diskusi yang tepat buat bahas skripsi lo itu. Gue lebih suka ngobrol masalah skripsi ke senior cuma masalah teknis, kalau konten gue lebih suka nanya langsung sama dosbim. Ngobrol langsung dosbim itu lebih efektif karena kita langsung tau mau si dosbim ini apa.

Sabar dan berdoa. Banyak keajaiban gue temuin lewat dua hal itu. Lo lakuin dua hal itu, skripsi lo bakal gampang banget lo taklukin. Semudah itu.

----

Skripsi bukan hal yang harus lo hindari.
Ga baik menghindar dari kewajiban. Find your support system, biar selalu punya motivasi dan semangat beresin skripsian.

Good luck untuk calon fresh graduate!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar