TOLERANSY
Cerpen Bersambung
Ramadhan
Eps. 2
From: Rania Syfira
Aku suka bagaimana cara Tuhan memperkenalkanku pada
segelintir orang, dengan cara-Nya yang khas. Termasuk caraku mengenal mereka
dan dia.
Oh hai! Gue Rania Syfira. Ada kendala terkait nama. Kebetulan
ada dua ‘Rania’ di kelas. Rasanya sih memang sulit kalau setiap kali guru
menyebut nama Rania, kami berdua selalu menanggapinya bersama.
“Gak bisa bu”
Engg...yha, Rania satu dan Rania dua sama-sama menyerah
perihal matematika.
“Oh Rania Syfira ya, Bu?” timpal Rania dua cepat. Ya, ini
cara yang ampuh agar si guru bilang iya dan selanjutnya gue menjadi korban.
“Iya deh boleh Rania yang itu aja, yang suka main hp kalau
pelajaran saya” jawab si guru.
Faktanya, Rania dua yang sering mengabaikan Bu
Fitri setiap kali ia mengajar, kemudian teralihkan dengan ponsel yang ia
sembunyikan di bawah meja atau di balik bukunya, seakan sedang membaca. Pheww. Dasar
bunglon.
Karna kejadian semacam itu terlalu sering terjadi dan
sayangnya gue tidak begitu pandai melindungi diri gue sendiri, akhirnya seluruh
teman kelas gue memutuskan memanggil gue Ransy. Tujuannya adalah agar gue berhenti
menjadi tumbal tiap kali guru manggil nama Rania. Ransy alias Rania Syfira.
Berkat nama itu – yang entah mengapa menjadi familiar – kehidupan gue di kelas banyak terselamatkan. Dadah
bunglon.
Semenjak Ayah memutuskan pindah ke tempat ini, ke kota ini,
sejak awal Ayah sudah memaksa gue untuk terus beradaptasi dengan cepat. Satu
hal yang sedikit sulit dilakukan adalah terkait dengan kebiasaan banyak orang
di sini yang sering kali membicarakan dan mengurusi hal-hal yang tidak perlu.
Mudahnya, membicarakan dan mengurusi hidup orang lain. Iya, kebiasaan itu
sangat mengejutkan. Menghabiskan waktu cukup lama tidak tinggal di Indonesia
membuat gue tidak terbiasa dengan rutinitas membicarakan kehidupan orang lain.
Gue sudah cukup kalut dengan kehidupan gue sendiri dan membicarakan orang lain
hanya akan membuat langkah gue sia-sia. Sekolah tidak murah dan tujuannya bukan
untuk membentuk pola pikir yang rendah dan tidak bermanfaat.
Lalu mau bagaimana lagi? Lingkungan memaksa untuk terus
melakukan adaptasi. Im still on my track. Dan gue sedikit kagum karna gue masih
bisa bertahan dengan lingkungan semacam itu, karna gue cuma punya 2 pilihan
utama dan 1 pilihan optional; Bertahan atau ditendang atau menendang balik?
![]() |
Dari Ransy untuk dirinya sendiri - Toleransy Eps. 2 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar