Kamis, 15 Juni 2017

TOLERANSY - Eps. 5

TOLERANSY
Cerpen Bersambung Ramadhan
Eps. 5

Berhasil membantu Tole bertemu Faiz, hari ini Tole mengajak gue ke cafe yang biasa kami kunjungi. Pukul 7 gue sudah menjemput Tole di rumahnya. Ibunya membekali gue satu toples nastar. Gue sengaja menjemput Tole, jadi biar sekalian gue yang antar dan menunggu Tole ibadah lalu kemudian kami bisa pergi.

Dari tempat parkir gue bisa mendengar suara-suara syahdu yang sedang berdendang. Setelah Tole selesai ibadah. Sesuai janji, gue dan Tole akan singgah di cafe. Kali ini perbincangan kami mengarah lagi pada Dendy.

“Lo kangen Dendy” terka gue setelah Tole bicara berputar-putar.

“Udah lama kosong, wajar kan”

Kadang-kadang ada rindu yang tidak wajar, merindukan yang sudah pasti tidak bisa dimiliki. Tole ternyata masih membuang waktunya untuk tetap memikirkan Dendy.

“Dendy kan bulan depan mau tunangan” datar gue.
Shit! Dendy meminta gue merahasiakan ini dari Tole.

“oh”

Mati-matian khawatir mendengar respon yang tidak-tidak, tanggapan Tole hanya “oh”. Setelah itu ia langsung fokus menyeruput kopinya. The perk of having boy friend, no drama.

“Baguslah, she deserves it. Pasti calonnya dia juga lebih pantes kan buat dia?”

Gue diam menatap Tole yang wajahnya tak seyakin kata-katanya barusan. “Jadi di agama gue diajarin gini Le, wanita baik ya untuk laki-laki yang baik, dan begitupula sebaliknya. Allah itu maha adil” jelas gue tanpa mencoba menggurui.

“Iya saya tau kok. Bapa memang selalu adil, berkatnya selalu saya rasakan. Kehilangan Dendy juga berkat dari Bapa”

Kami lanjut menikmati minuman kami masing-masing. Tanpa merasa bersalah gue lanjut membahas masalah pertunangan Dendy. Dendy sudah jauh-jauh hari mengirim gue undangan untuk datang ke pertunangannya. Katanya, Dendy akan merasa senang kalau Tole bisa datang.

“Tapi kalau masalah itu, saya gak bisa dateng”

“Kok gitu sih, yang anter gue siapa dong? Lo tega biarin gue jalan sendiri. Gue tuh cewek!”

“Kalau kamu cewek terus kenapa? Gak ada tuh undang-undang yang membatasi gerak-gerik cewek. Kamu bisa bebas kerja, bisa nyetir dengan bebas, bisa jadi pilot, you can be everything and you can do anything” jawab Tole serius.

“Please, sense of humor lo kok tiba-tiba jongkok gitu si. Peka dong pekaaaaa”  kalau menyangkut Dendy, Tole masih sensitif, hingga sekarang.

“Kalau kamu minta dianter, cari dong alesan yang rasional. Jangan bawa-bawa gender”

Gue semakin heran dengan pria di depan gue ini. Tidak ingin melanjutkan perdebatan gue langsung diam dan membuang muka, enggan menatap Tole dengan muka asamnya itu.
Kami saling diam enggan memulai pembicaraan. Gengsi. Bicara duluan ya berarti kalah. 

“Ok, i’ll go” putus Tole cepat dan tiba-tiba
.
Dengan muka girang gue langsung mengalihkan pandangan gue pada Tole.
Yes. Berhasil. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar