TOLERANSY
Cerpen Bersambung
Ramadhan
Eps. 5
Berhasil membantu Tole bertemu
Faiz, hari ini Tole mengajak gue ke cafe yang biasa kami kunjungi. Pukul 7 gue
sudah menjemput Tole di rumahnya. Ibunya membekali gue satu toples nastar. Gue sengaja
menjemput Tole, jadi biar sekalian gue yang antar dan menunggu Tole ibadah lalu
kemudian kami bisa pergi.
Dari tempat parkir gue bisa
mendengar suara-suara syahdu yang sedang berdendang. Setelah Tole selesai
ibadah. Sesuai janji, gue dan Tole akan singgah di cafe. Kali ini perbincangan
kami mengarah lagi pada Dendy.
“Lo kangen Dendy” terka gue setelah Tole bicara berputar-putar.
“Udah lama kosong, wajar kan”
Kadang-kadang ada rindu yang
tidak wajar, merindukan yang sudah pasti tidak bisa dimiliki. Tole ternyata
masih membuang waktunya untuk tetap memikirkan Dendy.
“Dendy kan bulan depan mau tunangan” datar gue.
“oh”
Mati-matian khawatir mendengar
respon yang tidak-tidak, tanggapan Tole hanya “oh”. Setelah itu ia langsung
fokus menyeruput kopinya. The perk of having boy friend, no drama.
“Baguslah, she deserves it. Pasti calonnya dia juga lebih pantes kan
buat dia?”
Gue diam menatap Tole yang wajahnya tak seyakin kata-katanya barusan. “Jadi di agama gue diajarin gini Le, wanita baik ya untuk laki-laki
yang baik, dan begitupula sebaliknya. Allah itu maha adil” jelas gue tanpa
mencoba menggurui.
“Iya saya tau kok. Bapa memang selalu adil, berkatnya selalu saya
rasakan. Kehilangan Dendy juga berkat dari Bapa”
Kami lanjut menikmati minuman
kami masing-masing. Tanpa merasa bersalah gue lanjut membahas masalah
pertunangan Dendy. Dendy sudah jauh-jauh hari mengirim gue undangan untuk
datang ke pertunangannya. Katanya, Dendy akan merasa senang kalau Tole bisa
datang.
“Tapi kalau masalah itu, saya gak bisa dateng”
“Kok gitu sih, yang anter gue siapa dong? Lo tega biarin gue jalan
sendiri. Gue tuh cewek!”
“Kalau kamu cewek terus kenapa? Gak ada tuh undang-undang yang
membatasi gerak-gerik cewek. Kamu bisa bebas kerja, bisa nyetir dengan bebas,
bisa jadi pilot, you can be everything and you can do anything” jawab Tole
serius.
“Please, sense of humor lo kok tiba-tiba jongkok gitu si. Peka dong
pekaaaaa” kalau menyangkut Dendy,
Tole masih sensitif, hingga sekarang.
“Kalau kamu minta dianter, cari dong alesan yang rasional. Jangan
bawa-bawa gender”
Gue semakin heran dengan pria di
depan gue ini. Tidak ingin melanjutkan perdebatan gue langsung diam dan
membuang muka, enggan menatap Tole dengan muka asamnya itu.
Kami saling diam enggan memulai pembicaraan. Gengsi. Bicara duluan ya berarti kalah.
“Ok, i’ll go” putus Tole cepat dan tiba-tiba
.
Dengan muka girang gue langsung
mengalihkan pandangan gue pada Tole.
Yes. Berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar