Rabu, 14 Juni 2017

TOLERANSY - Eps. 4

TOLERANSY
Cerpen Bersambung Ramadhan
Eps. 4

“Saya tau kamu dekat sama Dendy, bahkan dari awal saya sama Dendy pacaran” ujar Tole mengawali pembicaraannya.

“Iya, gue juga tau kok lu banyak buat Dendy bingung”

“Tapi saya rasa, kamu gak ada hak buat memutuskan saya dan Dendy harus berakhir gimana dan kapan” jelas Tole. Nadanya masih santai, mungkin sebentar lagi ia akan naik pitam.

“Gini loh, lu sama Dendy gak sejalan. Udah sih intinya gitu, Le”

“Apanya yang gak sejalan? Gue bertahan sama Dendy 3 tahun, selama itu, karna gue sejalan”

“Iya untuk itu. tapi enggak masalah keyakinan” tegas gue.

Tole diam. Ia terus membenarkan hubungannya dengan Dendy, tapi enggak bagi gue. Selama ini mereka bertahan tanpa tau akan berujung kemana. Tole tak bisa membenarkan. Ia mengalah dan membenarkan perkataan gue secara tidak langsung.

“Bentar dulu deh, ini lo lagi ngelabrak gue pake cara halus ya?” 
Tole langsung menatap gue dengan lekat. Sepertinya dari awal memang gue sulit menyadari maksud asli Tole.

Dari percakapan itu. Dari Dendy. Tole mulai menjadi satu-satunya makhluk yang gemar mengisi pesan singkat di ponsel gue. Apalagi setelah Dendy dan keluarganya pindah ke Ankara. Tole benar-benar menjadi penyelamat kebosanan dan kesulitan yang belakangan ini gue derita.

Secangkir americano berhadapan dengan jasmine tea. Tole mengaduknya perlahan, aromanya bertabrakan dengan wangi teh di hadapannya. Belakangan ini Tole memang tidak baik-baik saja, ia cukup penat ditodong masalah kebebasan beribadah di kampus.

“Kamu udah solat? Tadi saya denger adzan”

“Hah! Iya!!” gue langsung berlari mencari mushollah terdekat dan meninggalkan minuman hangat itu di atas meja begitu saja.

15 menit kemudian gue sudah kembali duduk berhadapan dengan Tole. Dengan muka murungnya.
“Gak coba dibicarakan sama temen-temen aja Le? Gue kok bingung gini ya liat lo. Gue coba buat fasilitasin lo dan temen-temen lo deh ya. Biar bisa ngobrol” tutur gue pelan.

“Gini loh, kemarin yang nutup tempat ibadah kamu, bukan anak-anak kampus yang satu komunitas sama saya. Saya gak tau itu siapa, yang jelas, mereka fitnah dengan bawa nama komunitas saya. Saya sih jujur aja jadi gak enak sama temen-temen kamu”

Hubungan Tole dengan siapapun di kampus memang baik, bahkan setiap komunitas dengan agama apapun. Tole kenal anak elektro yang sering jadi imam sholat Jumat, Tole dekat dengan I Made Gestu Kirana yang sering menjadi rekan diskusinya, Tole dekat dengan siapapun tanpa pandang bulu. Baginya, beda yang membuat ia merasa benar-benar hidup.

Besoknya gue memaksa Faiz bertemu dengan Tole. Faiz enggan bertemu Tole, ia rasanya kecewa berat pada temannya itu. Tole dengan berani mengajak Faiz bicara hingga keduanya berhasil berdiskusi dengan tenang. Tragedi lusa lalu, waktu jalan ke masjid kampus di blokir, terjadi tanpa sepengetahuan Tole. Tole rasa, tragedi kemarin hanya alat untuk memperpanas atmosfir politik yang sedang ramai diwarnai isu agama. Setelah menghabiskan waktu hampir 3 jam, Faiz mulai melunak. Gue menjadi saksi dua komunitas lintas agama itu saling bersalaman. 

Iya, memang, damai itu menyenangkan. Dan tak peduli siapapun orangnya, belajar mengerti dan memahami itu perlu. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar