Rabu, 16 Juni 2021
Resign di Tengah Pandemi
Sabtu, 17 Oktober 2020
Celah Jeda Pandemik
Suatu pagi gue bangun dan kepikiran kalau yang sedang gue kerjakan ternyata tidak untuk gue.
Malamnya, setelah melewati lelah,
kepikiran kalau gue sudah terlalu jauh tidak peduli.
Beberapa orang beranggapan kalau pandemik
adalah jeda terbaik untuk memahami kemauan diri. Gue gak bisa. Waktunya justru
semakin panik dan sempit. Tapi gue jadi berpikir lagi kalau memang yang
bertanggung jawab atas diri gue ini adalah diri gue sendiri.
Manusia memang makhluk sosial,
tapi bukan berarti jadi bergantung dan gak punya pilihan.
Gue akan mengambil jeda. Fungsinya
adalah untuk memperkerjakan diri gue untuk diri gue sendiri. Belum pernah se-egois ini, tapi setelah melewati hal-hal belakangan ini, gue butuh
memutuskan dan memantaskan diri untuk diri gue sendiri.
Concern gue sama bidang sosial yang getol gue lakuin itu untuk gue. Gue membutuhkan itu untuk energi. Makanya gue sebisa mungkin gak skip soal itu. Jangan sampai mental gue kehausan, karna kalau sampai dehidrasi, gue sudah tahu seperti apa saat tubuh gue kewalahan tidak secara fisik. Gue merasa berhutang karna pernah mendorong diri gue sendiri ke titik itu. Lebih berhutang lagi, karna bikin orang di lingkaran gue kesusahan.
Jadi, ayo buat jeda. Jeda buat berjuang.
Rabu, 15 Juli 2020
Rekomendasi Film Indonesia Bagus
Di tengah hiruk-pikuk drama korea, gue coba mengarahkan pilihan gue ke film Indonesia.
![]() |
Pict Source |
Paham gue kenapa film ini banyak menang festival film. Gak tau kenapa, film bagus ujungnya membebaskan penonton buat tarik kesimpulan sendiri. Pemilihan peran, jalan cerita, lokasi, musik, semuanya tuh nyambung. Film mahal bukan cuma karna biaya produksinya, tapi karna jalan ceritanya. Take a bow for this one!
![]() |
Pict Source |
Masih ambil background kondisi sosial ibukota, cerita di film ini juga dekat banget sama kehidupan kita. Ini film lama dan gue baru nonton tahun ini, tapi pas gue nonton berasa lagi ngeliat masa lalu yang 'gila nih dulu begini banget', tapi bener dan kejadian. Kalau ini gue seneng banget sama aktor sama aktrisnya. Gue naksir sama pengambilan gambarnya yang sederhana tapi justru jadi natural banget. Moral valuenya sampai.
![]() |
Pict Source |
Drama-komedi. Eh kok komedi ya? tapi bungkusannya memang dibalut komedinya Dito sih menurut gue. Mainin emosinya keren banget! dari ketawa sampe kesel sendiri sampe terenyuh sendiri sama cerita cintanya. Ini ringan tapi setelah lu nonton, lu bakal percaya sama kekuatan hubungan lu sudah sejauh mana. Ini juga drama keluarga kok, dan sering kejadian di sekitar kita. Film yang lokasinya di Bali selalu cantik ya.
![]() |
Pict Source |
Setelah ditelusuri, bagi gue ini psikologi film. Apa yang terjadi sama Lala memang banyak kejadian di dunia remaja sampai dewasa. Bahkan untuk anak usia SMA aja, banyak yang gagal menyalahartikan peduli. Artinya, membangun hubungan tidak cukup soal i love you, tapi banyak faktor lain, kedewasaan, psikis yang siap, pengalaman, dukungan orang sekitar. Gue paling seneng sama film yang melibatkan setiap orang di lingkungan sekitar aktor utama, bukan asal nempel, tapi ada konfliknya masing-masing. Detail.
![]() |
Pict Source |
Whatta fun movie! Coba deh siapa yang kepikiran buat mendalami cerita dating app? bukan cuma tentang bagian iseng-iseng berhadiah, tapi ditarik dari akarnya. Berangkat dari kebiasaan orang kita yang suka nuntut nikah, panik di usia kepala tiga, omongan tetangga, kebutuhan cuan tapi juga nuntut nikah. Wah rame banget sih. Bagian 1 dan 2 sama-sama masalah dating app, tapi background ceritanya beda. Ini tuh sederhana, tapi jadi luar biasa pas dia dekat banget sama kejadian di sekitar kita, tapi tentu ditambah bumbu drama ya.
![]() |
Pict Source |
![]() |
Pict Source |
Menangis nonton film ini! Hubungan orang tua dan anak tuh selalu nyentuh ke hati. Jadi wajar gitu loh kalau orang tua - anak punya border. Seseorang yang hidup setiap hari sama lu punya rahasia. Gak semua hubungan anak-orang tua terbuka, dan itu wajar. Suatu hari bakal terbuka satu per satu.
Selasa, 14 Juli 2020
How Quarantine Drives Me
I got sick for two days and i decided to stay at home. For everyone good. The second day i felt better and i got back work from home. The significant effects of work from home are : KUOTA & JENUH.
In a day i could spent minimum 5 GB, it was not a great number but i didn't want to imagine if this case happend everyday. Luckyly i have no zoom meeting or other video conference, perhaps i would spend greatest number that day.
It is really struggle.
Our struggle.
Hope we can do this together.
This shall too pass.