Rabu, 16 Juni 2021

Resign di Tengah Pandemi

Wah sudah pertengahan 2021, ya?

Nyaris kehilangan akun ini, penyakitnya gak jauh dari lupa password. Tapi kayaknya masih jodoh sama layaramanda sejak SMP hingga kini sudah bertumbuh, gak lagi gantungin kartu UN di leher, tapi kartu identitas pekerjaan. 

Mundur dulu ke akhir tahun 2020. Keputusan resign dari kantor sebelumnya, di tengah pandemi, di akhir tahun. Tujuannya idealis banget, memenuhi cita-cita buat sekolah lagi. Kesannya kayak "idih berani banget". Gue ceritakan sedikit ikhtiar 'resign' gue ini yang sudah dipikirkan matang dan bukan keputusan sesaat karna desperate sama tugas kantor. 

Etika resign itu penting. Jadi, ketika kamu pergi, itu gak kayak lagi kabur dari rumah. Perlu izin dulu, perlu pamitan sebelum akhirnya angkat koper terus pergi. Nah, perjalanan kerja gue di kantor sebelumnya ini nyaris 2 tahun (22 bulan). Tipikal dedicated dan loyal adalah konsep yang berusaha gue berikan di setiap lokasi gue bekerja. Kalau lihat gue tidak punya kerjaan lain selain kerja, itu sudah lumrah di kehidupan bekerja gue. Kadang gak bagus, tapi gue seneng aja ngerjainnya. Trying to give all that I can. Ya karena sudah tanggung jawab dan kewajiban. Simplenya, sudah amanah. 

Membangun koneksi dengan rekan kerja yang udah kayak keluarga. Ditambah sudah paham dengan tantangan pola kerja. Jadi maju mundur, perlu atau enggak ya resign sekarang? Tapi impian gue sekolah gak dateng tiba-tiba, ini udah lama bangettttt. Tapi jaminan aman gak ya kalau akhirnya resign? Wah pemasukan nanti masuk dari mana?

Resign yang akhirnya gue pilih adalah jawaban dari pertanyaan gue selama berdoa dan izin orang tua. Ini berjalan nyaris tanpa kendala, karna gue tidak pernah melepaskan peran Tuhan dan orang tua dalam pilihan gue. 

1. Sebelum menulis surat pengunduran diri, bicara langsung ke atasan
Gue langsung ke atasan karna alur kerja gue ini langsung ke Center Director kantor. Pembicaraan heart to heart ini penting. Gak perlu maksa pengen keluar, obrolin aja dulu, biar kelihatan jalan keluarnya harus memilih apa.

2. Persetujuan
Jika sudah aman dan disetujui, prosesnya tinggal buat surat pengunduran diri. Proses gue tidak berjalan lama untuk memenuhi ketentuan administrasi pengunduran diri. Ada beberapa surat yang harus dibuat dan ditanda-tangani. Nanti diarahkan terkait urusan asuransi/BJPS dan kewajiban lain yang harus gue lakukan dan kantor berikan kepada gue sebelum cabut.

3. Siap menuju cerita lain
Akhir bulan gue sudah resmi bisa keluar dari kantor. Ditutup dengan farewell dan potluck party sambil tuker kado. Gue juga meminta doa terbaik dari rekan kerja. 

Setelah resign, tugas gue sudah bukan lagi ke perusahaan, tapi diri gue sendiri. Ini lebih menantang. Gue mulai latihan soal, cek pengajuan sekolah di beberapa universitas yang gue apply, melengkapi persyaratan ini dan itu, ikut ujian ini dan itu. 

Ada ujian yang gagal, tapi ada juga yang berhasil. Mulai kalut, karna kegagalan dan keberhasilan cuma setipis rambut nih peluangnya. Sambil menuju ke ujian lainnya, gue tergoda buat apply ke sebuah pekerjaan. Jadi proses ini jadi jalan bareng, daftar sekolah dan nyambi daftar kerja.

Sudah sampai di awal bulan November, setelah gue resign di bulan Oktober. Belum ada tanda-tanda baik dari pengajuan beasiswa dalam keadaan gue sudah diterima di sebuah Universitas harapan gue dari SMA. Di sisi lain, pengajuan dan tes lolos kerja gue berhasil dan diterima. 

Jadi pilih yangmana?

Sabtu, 17 Oktober 2020

Celah Jeda Pandemik

Suatu pagi gue bangun dan kepikiran kalau yang sedang gue kerjakan ternyata tidak untuk gue.

Malamnya, setelah melewati lelah, kepikiran kalau gue sudah terlalu jauh tidak peduli.

Beberapa orang beranggapan kalau pandemik adalah jeda terbaik untuk memahami kemauan diri. Gue gak bisa. Waktunya justru semakin panik dan sempit. Tapi gue jadi berpikir lagi kalau memang yang bertanggung jawab atas diri gue ini adalah diri gue sendiri.

Manusia memang makhluk sosial, tapi bukan berarti jadi bergantung dan gak punya pilihan.

Gue akan mengambil jeda. Fungsinya adalah untuk memperkerjakan diri gue untuk diri gue sendiri. Belum pernah se-egois ini, tapi setelah melewati hal-hal belakangan ini, gue butuh memutuskan dan memantaskan diri untuk diri gue sendiri.

Concern gue sama bidang sosial yang getol gue lakuin itu untuk gue. Gue membutuhkan itu untuk energi. Makanya gue sebisa mungkin gak skip soal itu. Jangan sampai mental gue kehausan, karna kalau sampai dehidrasi, gue sudah tahu seperti apa saat tubuh gue kewalahan tidak secara fisik. Gue merasa berhutang karna pernah mendorong diri gue sendiri ke titik itu. Lebih berhutang lagi, karna bikin orang di lingkaran gue kesusahan. 

Jadi, ayo buat jeda. Jeda buat berjuang.

 

Rabu, 15 Juli 2020

Rekomendasi Film Indonesia Bagus



Di tengah hiruk-pikuk drama korea, gue coba mengarahkan pilihan gue ke film Indonesia. 
Wow kok bisa? drama korea membuat gue merasa lonely pas udahan. Gue sedang gak mau merasakan after effect seperti itu. Tapi gue akan selalu suka soundtracknya, pasti kena banget dan berguna buat nemenin nulis. Yes, musik mempengaruhi tulisan-tulisan gue. 

Akhirnya gue pilih deretan film Indonesia di Netflix. Tentunya setelah menyelesaikan beberapa series barat hehe. Oke, jadi ini film Indonesia yang bikin gue tepuk tangan, tercengang dan kagum dan jatuh cinta. 

A Copy of My Mind

A Copy of My Mind - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pict Source

Paham gue kenapa film ini banyak menang festival film. Gak tau kenapa, film bagus ujungnya membebaskan penonton buat tarik kesimpulan sendiri. Pemilihan peran, jalan cerita, lokasi, musik, semuanya tuh nyambung. Film mahal bukan cuma karna biaya produksinya, tapi karna jalan ceritanya. Take a bow for this one!


Selamat Pagi, Malam

Selamat Pagi Malam Poster.jpg
Pict Source

Masih ambil background kondisi sosial ibukota, cerita di film ini juga dekat banget sama kehidupan kita. Ini film lama dan gue baru nonton tahun ini, tapi pas gue nonton berasa lagi ngeliat masa lalu yang 'gila nih dulu begini banget', tapi bener dan kejadian. Kalau ini gue seneng banget sama aktor sama aktrisnya. Gue naksir sama pengambilan gambarnya yang sederhana tapi justru jadi natural banget. Moral valuenya sampai. 


Teman Tapi Menikah 2
Pict Source

Drama-komedi. Eh kok komedi ya? tapi bungkusannya memang dibalut komedinya Dito sih menurut gue. Mainin emosinya keren banget! dari ketawa sampe kesel sendiri sampe terenyuh sendiri sama cerita cintanya. Ini ringan tapi setelah lu nonton, lu bakal percaya sama kekuatan hubungan lu sudah sejauh mana. Ini juga drama keluarga kok, dan sering kejadian di sekitar kita. Film yang lokasinya di Bali selalu cantik ya.  

Posesif
Posesif.jpg
Pict Source

Setelah ditelusuri, bagi gue ini psikologi film. Apa yang terjadi sama Lala memang banyak kejadian di dunia remaja sampai dewasa. Bahkan untuk anak usia SMA aja, banyak yang gagal menyalahartikan peduli. Artinya, membangun hubungan tidak cukup soal i love you, tapi banyak faktor lain, kedewasaan, psikis yang siap, pengalaman, dukungan orang sekitar. Gue paling seneng sama film yang melibatkan setiap orang di lingkungan sekitar aktor utama, bukan asal nempel, tapi ada konfliknya masing-masing. Detail.


Love For Sale 1 & 2
Love for Sale.jpg
Pict Source

Whatta fun movie! Coba deh siapa yang kepikiran buat mendalami cerita dating app? bukan cuma tentang bagian iseng-iseng berhadiah, tapi ditarik dari akarnya. Berangkat dari kebiasaan orang kita yang suka nuntut nikah, panik di usia kepala tiga, omongan tetangga, kebutuhan cuan tapi juga nuntut nikah. Wah rame banget sih. Bagian 1 dan 2 sama-sama masalah dating app, tapi background ceritanya beda. Ini tuh sederhana, tapi jadi luar biasa pas dia dekat banget sama kejadian di sekitar kita, tapi tentu ditambah bumbu drama ya. 


Dua Garis Biru
Poster Dua Garis Biru.jpg
Pict Source

Nonton gak ya, nonton gak ya, nonton deh! 
Kita fokus ke strata sosial dulu deh, taraf ekonomi yang rendah cenderung disalahkan dalam hal yang kurang baik tapi lebih punya hati, lebih empati. Sedangkan yang ekonomi berkecukupan cenderung lebih keras dan tidak peduli. Case ini sulit sekali untuk sebuah keluarga, apalagi usia yang jauh dari kata siap. Film ini menunjukkan efek yang fatal dari sebuah hubungan remaja yang melampaui batas. Bukan cuma pihak laki-laki yang nantinya akan dirugikan, tapi perempuan juga. Dara harus kehilangan rahimnya, di usia dini, yang mungkin kalau diperpanjang ceritanya, ini bisa jadi hal yang menyedihkan untuk Dara suatu hari nanti. Bima juga akan punya beban baru sebagai pihak yang memilih untuk membesarkan anaknya dalam keadaan ekonomi yang di bawah kata cukup. 
Perlu dewasa nonton film ini. Perlu paham dan perlu arahan. Jadi gak salah mengartikan.

Ini film edukasi. Dalam hal edukasi, kita gak mesti paham sendiri, kita bisa aja butuh supervisor. 
Jangan malu untuk tanya moral value dari sebuah film, jangan sungkan untuk diskusi tentang pesan moral dari film yang sudah lu tonton. Jadi lu punya pembanding dan diskusi tentang pendapat lu itu. Jangan telen mentah-mentah, harus dicari pesannya.

Imperfect
Imperfect Karier, Cinta & Timbangan poster.jpeg
Pict Source

Menangis nonton film ini! Hubungan orang tua dan anak tuh selalu nyentuh ke hati. Jadi wajar gitu loh kalau orang tua - anak punya border. Seseorang yang hidup setiap hari sama lu punya rahasia. Gak semua hubungan anak-orang tua terbuka, dan itu wajar. Suatu hari bakal terbuka satu per satu.

Seberapa puas lu sama penampilan lu sekarang?
insecurities bisa mengecilkan seseorang yang sebetulnya sudah hebat. Parahnya, kalau ditarik akarnya, justru orang di sekitar kita yang membuat kita merasa tidak nyaman. Doktrin tentang seperti apa cantik, juga mempengaruhi. Kadang bahkan sering kali, kita gak bisa filter masalah yang satu ini. Akhirnya kita jadi produk perkataan orang di sekitar kita. Kita lupa kalau secara otentik, kita hebat dan istimewa. Tinggal gimana kita embrace akan hal tersebut.

Ini bagus! gue jatuh cinta sama film Imperfect.

***

Nah itu adalah beberapa film Indonesia yang berkesan buat gue. Setelah gue nonton, gue bisa mikir dan bisa diskusi. Terpenting adalah bisa buat gue belajar. Bisa jadi referensi buat gue nulis cerita. Buat gue film-film di atas itu mahal, mahal karna jalan ceritanya. Mahal karna efek yang dibuat setelahnya. 
Banyak dari film di atas adalah drama, tapi bukan drama yang umum. Dramanya masuk akal. Ini drama yang memang dibentuk dengan kreatifitas. Gak heran hasil akhirnya kena ke penonton dan kena ke festival film. 

Yes, definitely, mau lagi nonton film Indonesia yang lain!

Selasa, 14 Juli 2020

How Quarantine Drives Me

I tried to find proper definition for 'Pandemic' then found out endemic and epidemic at the moment. I thought, i should understood about this case first then i decided to 'misuh-misuh' all day long because of this issue. 

And yes, technology era helped me way easier to find all the stuffs.

Tbh, i haven't started my work-from-home situation. My office -until now- still applies work from office. With distance. All is well, so far. Yet not for the target. We are struggling a lot and surely others office experience the same thing. I'm really sorry to hear some of companies need to execute the number of their employee. We are struggling, both physically and mentally. 

There are many economist declared if this situation will turn into little hell if it doesn't stop as early as it can be. Countries seek for help. For vaccine, or even medical staff. The worse, dig deeply to sacrifice other country as scapegoat. Almost everyday i get the update number that inform the latest victims of this virus. It is increasing gradually. 

The red zone comes in the capital city and spreads largerly.

I got sick for two days and i decided to stay at home. For everyone good. The second day i felt better and i got back work from home. The significant effects of work from home are : KUOTA & JENUH.
In a day i could spent minimum 5 GB, it was not a great number but i didn't want to imagine if this case happend everyday. Luckyly i have no zoom meeting or other video conference, perhaps i would spend greatest number that day.

It is really struggle.
Our struggle.

Hope we can do this together.
This shall too pass. 


Sabtu, 07 Maret 2020

It Comes to An End

Halo!
Adem banget sambil dengerin lagu Andmesh yang Nyaman
Yuk kita mulai sesi malam minggu ini!

Finish the unfinished,

Sering gak sih kita takut, takut buat berhenti. Padahal udah mulai gak terarah nih jalannya, sudah sulit ketemu titik temu. Katanya jangan nyerah, tapi istirahat aja. 

Tapi sampai kapan tuh masuk rest area terus? kapan sampe tujuan?

Di awal tahun - akhirnya - gue memberanikan diri untuk menyudahi hal yang memang seharusnya gue sudahi dari lama. Perjalanannya sudah terlalu panjang, udah sering mampir rest area, sampai akhirnya kita gak tau kemana tujuannya. Karna terlalu fokus istirahat.

Ada satu pihak yang perlu jadi reminder. Untuk meluruskan. Untuk mengingatkan kembali, apakah ngalor-ngidul itu sudah cukup? apakah waktu yang terbuang untuk terus istirahat sudah memuakan?

It comes to an end, karna memang sudah waktunya. 

Kalau memang harus disudahi, ya jelaskan. Karna gue melakukan itu juga. Gak semerta-merta kabur, tapi beri penjelasan. You'll be a villain in this part. Jangan ngelak.

Years spent. Suatu hal yang sulit tapi karna terbiasa jadi biasa aja. Padahal sudah terlalu toxic. Sudah tidak lagi punya peran sebagai support system. Tapi justru careless. Saling acuh, gak peduli padahal lagi kesulitan. Bukan lamanya yang perlu jadi pertimbangan, tapi kualitasnya. 

Waktu untuk tau kapan untuk berhenti, itu cuma kamu. 
Cukup pun cuma kamu yang bisa putuskan.
Semoga melepaskan juga salah satu cara pendewasaan yaa....


<3