Kamis, 15 November 2018

Hanum & Rangga (Faith and The City) : My Perspective

Pict Source

Setelah keluar bioskop kira-kira percakapan gue begini:

A : Banyak ya bund kasus kaya Hanum Rangga
B : Iya sekarang mah banyak yang kaya gitu
A : Bund, Hanum kaya siapa?
B : Ucu banget (panggilan Bunda ke gue)

Banyak perempuan yang saat ini dibebaskan untuk memilih. Perempuan juga dikasih peluang yang nyaris sama dengan laki-laki. Beragam profesi sekarang diduduki juga sama perempuan. 

Bagus?
Oh tentu. Perempuan jadi punya kesempatan buat mengembangkan skill yang mereka punya. 

Tapi agak keliru kalau tidak bisa mengontrol ambisi. 


***

Hanum adalah seorang istri yang punya ambisi besar untuk bekerja di dunia media. Setelah artikel yang dia publish menarik banyak viewers, Hanum di lirik sama TV besar di New York. Ada tawaran jadi pegawai magang sampai jadi pegawai tetap yang ditawarkan oleh Andy Cooper (the boss) buat talenta Hanum.

Tempting huh?

On the other hand, Hanum adalah seorang istri yang suaminya (Rangga) harus menyelesaikan disertasi di Vienna. Media yang menawarkan tawaran itu ada di New York dan suaminya harus segera balik ke Vienna.

*film is still running in cinema, better watch the story line* *no spoiler*

***


Iya betul kata Bunda, sosok seperti Hanum mungkin tidak satu atau dua. Tapi apakah Hanum-Hanum lainnya akan berani mengambil keputusan seperti yang Hanum lakukan?

Gue menangkap latar belakang Hanum sebagai muslim pun gak dia abaikan. Bertahan di New York sebagai minoritas, punya ambisi dan bekerja dengan media yang punya konsep bad news is a good news. Tapi masih dengan hijab dan konsistensi dia dalam beragama.  

Pertimbangan Hanum menurut gue sangat masuk akal. Pilihan Hanum di GNTV dan pilihan Hanum sama Rangga. Make sense kalau perempuan punya mimpi dan mau bikin mimpinya jadi kenyataan. Coba apa yang salah?

Perlu diketahui, Hanum mencapai mimpinya loh. Hanum gak lantas pergi lalu memilih salah satu, tapi ia menyelesaikan tugasnya satu per satu. This was great!

Rangga? waduh perlu perspektif cowok sih buat melihat sosok Rangga ini. Buat gue, mungkin sosok seperti Rangga ini istimewa. Karakternya lembut dan bijaksana. Rangga tau cara memperlakukan perempuan. Emang tenang aja gitu pembawaannya.

Cara Rangga memperlakukan ambisi Hanum pun diperspektif gue masih diambang wajar. Caranya tuh bener-bener tegas dan touchy. Sekalipun Rangga bilang "saya suamimu, kamu harus x" gue gak ngeliat ada superioritas laki-laki disana. It's all about responsibility suami dan laki-laki. 

Rangga mungkin gak akan seperti itu kalau perempuannya bukan Hanum. 
dan...  jika prianya bukan Rangga, mungkin Hanum gak bisa mengontrol ambisinya seperti yang dia sudah lakukan 

Lesson learned.

***

Terlepas dari unsur politik yang banyak orang bicarakan, kampanye politik atau sebagainya. Gue hanya penikmat cerita. Gue menikmati sosok Hanum yang kuat dan cerdas. 

Belajar kan bisa darimana aja, termasuk lewat film. Oh, dan film ini sequel dari 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika yang masih dengan Hanum dan Rangga.

Well,
Terima kasih, Hanum :)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar