Jumat, 16 Maret 2012

cerpen- The Last Anniversary

Tidak aku masih hidup, aku pun ingin bangkit, aku tidak suka disini. Rasanya seperti terperangkap dalam tubuhku sendiri. Keluarkan aku dari sini, ini gelap. Aku tidak suka disini. Aku ingin menggerakan satu saja jemariku , namun berat rasanya. Aku bisa mencium aroma kalian, kalian jangan tinggalkan aku.
                Terdengar seseorang memasuki ruangan.
Iya, aku bisa merasakan dinginnya stetoskop dan jarum yang mulai merasuk ke dalam darahku, tolong jangan tinggalkan aku disini, aku masih bisa bersama kalian, selamatkan aku.
                “Dok, nampaknya sudah tidak harapan kah?”
                “Entahlah sus, belum terlihat tanda tanda kemajuan sepertinya”
                “dua minggu sudah dok, orang tua pasien ini meratapi keadaan anaknya”
                “lihatlah nanti, selama alat alat ini masih menunjukan detak jantungnya. Itu berarti masih ada harapan, meskipun kecil”
                Langkah langkah dokter meninggalkan kamar.
Aku disini Ibu, aku disini! Aku ingin segera bangun dari tidur panjangku ini, aku mohon siapapun mendekat dan hangatkan tubuhku, disini gelap dan dingin, aku sendirian. Bisakah alat alat canggih dan berada ditubuhku ini menjadi peyampai pesan bahwa aku baik baik saja? Aku ingin pergi dari sini bu. Disini gelap, aku takut, aku rindu semuanya.
                Kembali terdengar seseorang memasuki ruangan ku berada. Aku bisa merasakan.
                “Hei” sapaan pertama dan hangat suaranya. Aku bisa merasakan.
Aku tau, aku tau siapa kamu. Awan.
“Kapan kamu bangun? Kamu ga kangen aku ya? Oh ya, besok tanggal 17. Besok, kita 4bulan loh. Kamu kapan bangun? Apa perlu aku sun dulu biar kamu bangun? Ayolah Fel, sampai kapan kamu pura pura tidur gini?” Awan terus berucap.
Aku disini. Awan tolong bantu aku keluar dari tidur panjangku, disini sakit, aku merasa semakin kurus, aku merasa tak berdaging. Awan, jangan tinggalkan aku sendiri disini. Aku mohon.
Bahkan aku bisa terisak dalam tangisku sendiri.
“kamu tau aku kesini bawa apa? Kalau kamu bisa lihat kamar ini, pasti kamu bisa melihat banyak mawar disini. Setiap hari sahabt sahabat kamu dateng Fel, mereka sayang kamu. Aku juga” awan diam, beberapa butir air matanya terasa jatuh ke dinding tanganku. Awan menangis, ia menangis dan menggenggam tanganku. Aku bisa merasakan.
Awan, jangan nangis. Kamu tau kan aku sayang kamu? Kamu tau kan sekeras apapun kamu coba ninggalin aku, marah ke akupun aku tetep disini buat kamu. Aku hanya menunggu keajaiban besok agar tuhan membangunkan ku dan melihat ibu,ayah,sahabat sahabatku. Dan kamu.
“fel, maaf. Coba aku ga ngomong macem macem sama kamu. Kamu disini tertekan sama omonganku yang lalu ya? Itu ga beneran kok fel. Aku Cuma ngerasa banyak kurangnya buat kamu, makanya aku pengen pisah dari kamu. Maksudnya biar kamu dapet yang lebih baik, dari aku” sepertinya Awan seperti berbicara dengan boneka. Tidak ada respon, tidak ada yang membalas dekapan tangannya atau kembali memeluknya seperti sedia kala.
Aku tau , aku tau Awan. Maaf ya, terlalu jauh maksa kamu buat jadi yang aku mau. Maafin aku juga. Kecelakaan ini ga sepenuhnya salah kamu kok. Kamu disini ya jangan tinggalin aku.
“Fel, kapan kamu bangun. Aku mau banyak cerita, semuanya. Aku mau cerita asal kamu bangun dan nemenin aku terus. Fel, besok tanggan 17, besok kita 4bulan. Kamu bangun ya besok” awan mengecup kening Fela lembut. Ia masih terisak dan merasa benar benar terpuruk akan kejadian ini.
Bagaimana jika aku bangun nanti, dan beberapa anggota badanku tidak berfungsi? Apakah kau akan tetap disini?
“aku pulang ya  Fel. Bye, my only one”
Awan…..
Aku kembali kedalam tidur panjangku. Dan tuhan, tolonf bangunkan aku esok. Aku mohon.

Sementara itu diluar kamar, ibu Fela dan beberapa sahabat Fela duduk berjajar menunggu keajaiban. Ini adalah 2 minggu Fela terlarut dalam tidur panjangnya.
Awan keluar dari kamar, ia menghapus air matanya dan mencoba tegar. Ia memberkan senyumnya kepada orang tua Fela.
“Cha, gue mesti ngomong nih sama lo. Lo keluar sebentar bisa?” bisik Awan. Richa mengangguk paham.
“permisi ya tante mau cari minum sebentar” izin RIcha sopan.
Bisa terlihat, semua yang menunggu keajaiban itu pun menangis setiap hari. Berdoa dan berharap adalah usaha terakhir yang dapat mereka lakukan.
“kenapa lo ngajak gue? Kayanya serius banget?” Tanya Richa sembari merapikan rambutnya yang tertiup angin.
“lo sahabat deket Fela. Lo bisa cerita awal mula fela kecelakaan?”awan melipat tangannya kaku.
“kata ibunya Fela. Katanya Fela ngerengek minta kunci mobil dan maksa nyetir, dan katanya lagi, Fela kayanya lagi marah banget. Ya lo tau kan, Fela anak bungsu, yaudah deh ibu nya ngasih kunci mobil. Dan.. baru 15 menit Fela keluar dari rumah, nyokapnya udah dapet kabar dari rumah sakit kalau Fela koma. Dan lo liat sndiri kan, dia koma sampe sekarang” nada bicara Richa melemah. Ia tak tau sampai kapan sahabatnya tertidur.
“oh iya, sebelum kecelakaan itu, gue sempet liat di timeline nongol tweet dia tuh, tapi gue gangerti maksudnya apa, dia tulis surga dimana ya?gw otw surga ya nah itutuh gue gangert” tambah Richa.
“Ok, kayanya gue mesti cerita sama lo. Sebelum kejadian kecelakaan itu, 20 menit terakhir, fela masih sms-an sama gue. Dan…” potong Awan membuat Richa penasaran.
“APA!”
“disana, gue minta putus” awan memberhentikan pembicaraannya. Ia tau bahwa akan ada yang kecewa kini, bahkan mungkin aka nada orang yang menerkam nya atau membuangnya ke sungai amazon kali ini.
“lo? Maksud lo apa sih! Gue nyesel banget ya denger ini! Lo ngerti ga sih gimana sayangnya Fela ke lo dan lo malah pengen putus dari dia? Lo bego?” richa mulai naik pitam, bahkan mukanya mulai memerah.
“dari situ gue ngerasa bersalah banget Cha. Gue bingung” awan menahan dahinya dengan telapak tangannya.
“berarti alesan Fela maksa nyetir itu, gara gara lo! Dan alesan kenapa Fela sekarang masih koma, ya lo Wan! Jujur gue kecewa banget sama lo sekarang! Lo ancurin hidup sahabat gue!” sekarang richa mulai menambah nada bicaranya. Ia benarlah marah hingga terisak.
“maafin gue Cha” awan pasrah dalam duduknya
“maaf?gue? lo salah sama siapa? Sekarang lo ada masalah sama nyawa orang Wan” Richa bahkan tidak ingin duduk bersebelahan dengan Awan. “mungkin hal ini ga akan gue bilangin ke orang tuanya Fela, lo tunggu keajaiban aja deh. Pantes Fela se-down ini. Ternyata gara gara orang yang dia sayang. Kasian banget Fela” richa meninggalkan awan sendirian. Awan masih terduduk dikursi taman. Bahkan ia tidak berani menatap air mata richa barusan. Semuanya kecewa.
Selang beberapa menit setelelah Richa meninggalkannya. Awan meninggalkan rumah sakit, ia kembali membeli mawar kuning untuk Fela.
Kalian dimana? Awan dimana? Dia kemana? Richa aku mau Awan disini, Richa aku takut. Bisa kamu paksa untuk membuka mataku? Ibu disini dingin, ayah disini aku sendirian, teman teman kalian disini kan? Aku bisa merasakan semuanya disini. Aku berharap aku dapat terbangun sekarang juga dan memeluk kalian semua.
“Fel, ini udah sore, gue balik ya” ucap Richa sembari mendekat ke tubuh fela. “lo harus bangun kalau lo bener mau Awan ga ninggalin lo. Lo bisa!” bisik Richa.
Aku akan segera bangun. Tapi jangan tinggalkan aku sendiri disini. Aku takut
Satu persatu orang mulai meninggalkan kamar. Mereka semua terisak, tidak ada satupun menyangka Fela akan terlalut dalam tidurnya selama ini.
Awan datang dan membawa mawar kuningnya.
“awan mau ke Fela sebentar boleh tante?” Tanya Awan.
“iya silakan” ibu Fela membukakan pintu kamar fela sebagai tanda awan boleh menemaninya.
Awan masuk ke dalam kamar Fela, ia duduk disamping kasur fela dan memegang tangannya.
“ini kekuatan buat kamu, kalau aku disini dan ga akan ninggalin kamu sampai kapanpun, kamu bisa buka mata kamu, kamu gaperlu takut, aku disini terus kok. Kamu buka mata kamu ya Fel. Please” awan mencium tangan Fela.
Awan…..
“kamu tau aku bawa apa sore ini? Aku bawa mawar lagi untuk kamu. Kamu bisa merasakan segalanya disini, banyak mawar loh Fel. Kamu bangun sayang ya” awan merapikan rambut Fela.
“kamu suka aku nangis gini? Kamu kan gasuka aku nangis kan? Berarti kamu harus bangun nemenin aku disini Fel”
Tolong tuhan, berikan aku kekuatan untuk mengangkat salah satu telunjuk ku. Aku ingin dia tau jika aku selalu bersamanya. Awan
“Fel, 2 minggu ini kamu kurus banget. Tapi kamu tetep cantik ko, tetep manis. Oh iya aku lupa.. kamu kan gasuka dipanggil cantik ya? Manis juga gasuka, soalnya kamu bilang panggilan itu lebih bagus buat manggil kucing” awan berharap fela mendengar apa yang ia ceritakan. Bahkan ditengah ceritanya awan menangis.
“aku mau nemenin kamu disini.. tapi kayanya pihak rumah sakit ga akan kasih izin. Kamu bisa jaga diri sendiri kan? Gaperlu takut lagi sayang. Aku disini” Awan membelai rambutku.
Aku tau, aku yakin, kamu ga akan ninggalin aku kan  ? iya aku yakin. Kamu pulang deh, kayanya kamu cape banget. Fela sayang Awan.
“bye Fel, besok bangun ya jangan tidur terus” ledek Awan.
Ia pun mulai meninggalkan kamar Fela.
17 November 2010
Betapa tuhan mengatur rencana yang begitu indah. Saat ini, yang aku rasakan tidak segelap dulu, tidak se sunyi dulu, bahkan disini ramai dan sejuk, disini indah, bahkan aku lebih baik terdiam di tidur panjangku. Keadaan seperti ini berbeda dari hari hari sebelumnya, apakah ini tanda dari tuhan? Bahwa ia akan menjemputku?
Jam dinding masih menunjukan pukul 7.10 pagi. Tamu belum boleh diijinkan mengunjungi kamr pasien. Namun Awan saat ini, ia berlari dari lantai dasar hingga sampai ke ruangan Fela.
“PAGI!” ceria awan membuka pintu kamar Fela.
Pagi awan..senang rasanya bisa merasakan kamu disini, ditanggal 17
“Sayang, aku bawa mawar lagi, tapi sekarang warna merah. Kamu ngerti kan maksudnya apa? Awan sayang banget sama Fela. Fela bangun ya.. ini 17 loh Fel” gigih awan membangunkan Fela.
Awan terus bersama Fela. Apapun yang terjadi Awan tetap bersama fela.
Dua jam sudah Awan menemani Fela. Tidak ada respon, tidak ada satu jemari pun yang bergerak.
Kamu tau ga?disini ternyata enak loh. Aku ga bangun ya? Aku cape. Aku takut kalau nanti aku ada, aku malah ngecewain kamu. Kamu tau kan gimana takutnya aku pas kamu bilang kamu mau ninggalin aku? Disana aku hancur, disana aku takut.
Tuhan, bangunkan aku 17 menit saja. Aku ingin melihat Awan, sekali saja. Aku masih ingin bersamanya, sekali saja.
Pikiran fela kini benarlah gelap, sangat gelap dan Fela sedikit tersedak. Bukan tersedak dalam tidurnya, tapi tersedak didunia yang asli. Nyata.
                Kelingking Fela terangkat. Awan bangun ditengah tertunduk. Ini mustahil! Awan memanggil suster . dokter dan semuanya yang dapat ia hubungi.
                “Fela? Kamu bener disini?” awan menggeggam tangan fela, ia seakan tidak rela wanitanya pergi kembali meninggalkannya.
                “hei” kata pertama Fela. Dihidup barunya.
                “fel, maaf ya. Maaf fel, kamu mau maafin aku kan? Kamu disini aja ya, jangan tinggalin aku lagi. Sepi Fel” nada bicara awan memohon.
                “I love you Awan, terimakasih udah jagain Fela sampai sekarang. Makasih udah jadi bagian hidup Fela. Mungkin Fela bukan the best one buat Awan, pasti banyak kurangnya Fela ya” ucapanku mlai terarah setelah awan melepas salah satu alat bantu yang menutup mulutku.
                “Fel, engga Fel. Please jangan tinggalin aku ya Fel, fel kamu janji kita bakal bareng terus kan?” air mata awan mendarat tepat di pipi Fela.
                “kok Awan nangis? Gaboleh nangis sayang. Sekarang tanggal berapa? Berapa lama Fela tidur?” keadaan hanya diisi oleh dokter,suster dan Awan. Orangtua Fela dan sahabat sahabatnya masih berada dijalan.
                “ini tanggal 17. Selamat 4bulan ya Fel, makasih udah bangun. Kamu bisa liat semua mawar disini?semuanya buat kamu loh Fel,kamu sukaa?” senyum awan, apa yang fela rindukan sejak dulu.
                “makasih ya. Bisa peluk aku sebentar?” pinta Awan. Awan melihat ke arah dokter, terlihat anggukan dokter dan membantu fela bangkit dari kasurnya.
                Kini fela berada didekapan Awan sekarang. Ini kah detik terakhir ku tuhan? Tapi aku belum bisa melepasnya, ini terlalu nyaman, ini terlalu indah. Tapi aku lelah.
Dan ketika semuanya kembali menjadi gelap, tidak ada satupun yang dapat kembali membangunkan Fela. Fela masih mendekap bidangnya dada Awan, namun raganya mulai menghilang. Fela menutup matanya, ia tersenyum dan kembali tertidur. Bukan untuk dua minggu, namun untuk selamanya.
                Terimakasih tuhan, 17 ke empat aku dengannya, 17 menit terakhir aku bersamanya, dan terimakasih tuhan menganugrahkan cinta yang tidak akan aku lepas meskipun kini aku bersandar didalam dekap cintamu. The last anniversary.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar