Badut & doraemon
Ku tatap seorang lelaki asing dengan pandangan bengis, yang di balas pula oleh lelaki itu.
“enggak usah gitu dong lihatnya, biasa! Enggak pernah liat artis ya?” Tanya ku kasar yang masih melihat lelaki itu.
“kenapa si Ka??” Tanya Sera padaku tanpa melihat lelaki itu.
“kalau nanya keadaan aku, tutup dulu dong. Enggak rela banget nanya nya!” kesal ku lalu Sera menutup novel yang dibacanya.
“ia,,ia. Kenapa Aska sayangku? Sahabatku?” Tanya nya lebih perhatian.
“tuh liat! Cowok yang ada di kantin itu! Nyebelin banget enggak sih dia? Sok kegantengan deh! Ilfeel aku liatnya” celetuk ku aneh
“ah sudahlah, maklumi saja. Dia kan seorang artis yang lagi populer. Jelas dia dikagumi banyak cewek” penjelas Sera santai
“ahhh. Ngapain sih dia ada di sekolah kita” ujar ku yang kecewa dengan pendapat Sera.
“kekelas yuk?” pinta Sera
“ok. Lagian aku enek disini” mereka pun pergi kekelas sambil membawa buku pinjaman dari perpustakaan.
Aku duduk di bangkuku seperti biasa. Sedangkan Sera duduk di sampingku. Aku yang tak percaya kalau lelaki menyebalkan itu ternyata satu kelas dengan ku. Tak ku pedulikan kedatangannya, sementara teman-teman ku yang lain menyambutnya bak raja di depan pintu kelas ku, kelas 9A. aku terus membaca novel ku tanpa sedikit pun memalingkan wajah ku ke hadapannya.
Lelaki itu pun duduk persis di belakang mejaku. Aku tetap dalam posisiku. Tak berkutik satu hal pun.
Tiba-tiba detakkan sepatu guru matematika ku pun berbunyi. Kelas tiba-tiba hening rasanya. Aku tersenyum riang karna tak bising oleh kedatangan siswa baru itu.
“pagi semua..” sahut guru ku.
“pagi bu” jawab kami serentak
“hari ini kita ulangan, siapkan selembar kertas. Ibu beri waktu 15 menit untuk membaca sekilas. Dimulai dari sekarang” singkat guru itu dan tak satu pun yang berani menyela.
“tapi ibu..” seling murid baru itu
Seketika semua murid menatap lelaki itu aneh.
“tapi apa?? Hei kau anak baru!” Tanya balik guru ku yang seolah meremehkannya.
“saya murid baru, setidaknya ibu ajarin saya dulu dong bu! Mungkin cara belajar di sekolah saya dulu dan sekolah ini berbeda” pinta murid baru itu.
“siapa nama kamu?” Tanya guru ku
“Andre Haikal” jawabnya yang seolah menantang
“ohhh namanya Andre” ujar ku tanpa melihat wajahnya
“anggap saja ini ujian kamu masuk ke sekolah ini” santai guru itu.
15 menit berlalu, ulangan pun dimulai. Disoal ke 6 keringat ku telah bercucuran. Selama 2 tahun aku bersekolah di SMP Bintang ini, aku telah berturut-turut merenggut rengking parallel pertama, jelas teman-teman ku selalu banyak bertanya padaku.
Soal matematika itu hanya berjumlah 20 soal, di menit ke 20 aku telah selesai, dan dengan santai berkata.
“sudah bu” yang ternyata serentak dengan Andre, murid baru yang ku anggap menyebalkan itu.
Aku saling berpandangan bengis dengannya. Aku berjalan lebih dulu karna aku duduk di depannya. Kami keluar bersamaan. Menit demi menit berlalu, aku yang telah bersantai di koridor sekolah bersama murid angkuh itu. Aku tetap membuka halaman demi halaman novel ku. Ku biarkan Andre yang asik mendengarkan musik dari ipodnya.
Lantas aku meninggalkannya dan berniat berjalan ke kantin. Dan dengan sengaja, Andre menyandungku hingga aku terjatuh dan untungnya masih jam pelajaran hingga tak ada yang melihatku, tak ku bayangkan jika saat itu banyak orang di koridor. Mungkin aku menyembunyikan tampang konyol ku itu di tempat sampah.
“apaan sih……” aku bertambah kesal. Dan amarah ku menjadi-jadi disana. Jika tak mengendalikan tanganku, mungkin cap tangan ku akan menempel di pipi kirinya.
Andre malah membalas celotehan ku dengan senyum yang sangat menyebalkan.
Aku segera pergi dengan terus menggerutu.
Di kantin yang masih sepi, ku coba membuka novelku. Andre duduk di sampingki dan dengan santainya memesan minuman dingin.
“apa-apaan sih kamu? Seenaknya duduk di samping aku! Duduk sana dikerumunan cewek-cewek penggemar kamu. Yang langsung kelepek-kelepek ngeliat kamu” pinta ku garang. Tapi Andre sama sekali tak mempedulikan sikap garangku padanya.
“ANDREEEEE” teriakku hingga membuat seluruh penjaga kantin melihatku.
“kenapa neng?” Tanya ibu kantin padaku.
“aa…” kata-kata ku terputus karna Andre.
“biasalah bu, baru dapet boneka dari saya. Jadi terlalu seneng” ujar Andre datar.
“heuuuhhh” aku semakin dibuat kesal olehnya. “mau kamu apa sih? Heh artis baru !” sambil meledeknya
“enggak tuh”
“mau bikin aku malu? Urusin tuh Genie baru urusin guwe!” Genie adalah sesosok wanita yang baru-baru ini digosipkan berhubungan dekat dengan Andre.
“ah gossip” Andre mengelaknya, dan tiba-tiba mengambil gambar ku yang sedang menggerutu.”eh liat dehh” sambil menunjukan foto yang barusan ia dapatkan dengan keadaan mimik wajahku yang aneh.
“hapus enggak, hapus!! Awas ya kalau kamu enggak delete itu foto” ancamku
“egk takut nyonya !!” dengan frekuensi datar dan tertawa menyebalakan ketika melihat foto itu.
Aku menghindar dari Andre dan berharap Sera telah menyelesaikan ulangannya.
Aku lebih memilih menjauh dari Andre. Orang yang sangat menyebalkan itu. Akhirnya Sera keluar dari kelas.
“akhirnya kamu keluar juga ra, houuuftt BT banget gue ra” dengan mimic kesal
“kenapa sih emangnya ? ada masalah? Sama siapa??” heran Sera
“cantikkkkkkkkkkkkk” sapa Andre yang semakin membuatku jengkel
“heuuhh orangnya dateng deh” salut ku garing
“ohh diaaa” jawab Sera sambil melihat Andre. “hemhhh, perfect” ujar Sera dengan nada yang agak pelan
“apaaa?” Tanya ku yang tak jelas mendengar ucapan Sera
“egk koo” menjawab agak gugup
Pulang sekolah aku dan Sara pergi ke salah satu restoran donat yang tidak jauh dari rumah ku. Kami memesan donat dan coklat dingin, lumayan lah ngurangin rasa stress.
Kami memang sering menghabiskan waktu kami berdua di sini.
“pulang kapan?/” Tanya Sara
“hahhhhh, aku malas pulang. Di rumah tidak ada satu orang pun kecuali 4 pembantuku” ujar ku
“udah sore nih! Aku pulang duluan yah??”
“ehmm yaudah deh aku ikut pulang bareng kamu”
Kami pun akhirnya pulang bersama. Bahkan setiap hari kami berangkat dan pulang bersama, karna jarak rumah kami yang tidak begitu jauh.
“byeeee…” salam ku ketika aku sampai di gerbang rumah
“bye jugaaa” balas Sara
Aku banting tubuh ku ke sofa sambil memilih milih acara bagus di televisi.
“bibiii..” teriakku memanggil salah satu pembantuku
“ia non?” ujar pembantu ku lalu duduk di bawah layak nya seorang pembantu
“mamih mana?” Tanya ku yang lelah saat itu
“belum pulang, oh ya non . mamih non titip pesan, katanya beliau pulang malam”
“ehmm” sambil menganggukkan kepalaku. “yaudah aku ke kamar dulu dehh” aku meninggalkan sepatu ku di ruang tersebut tanpa merasaa bersala
Aku baringkan tubuh ku di ranjang, ku buka laptop ku. Masih dengan seragam sekolah ku, aku asik bermain facebook. Dulu, aku pernah merasakan indah nya mencintai, tapi sayang nya cinta itu bertepuk sebelah tangan, di saat aku mencintainya, dia tak merasakan hal yang saama seperti ku, hingga akhirnya dia pidah sekolah. Aku sakit saat itu sendiri, orang yang membuat aku tersenyum malah pergi disaat aku terpuruk. Cuma dia yang paling mengerti perasaan aku, aku dapat tersenyum kembali pun itu karna nya, dia adalah Danu. dia memperlakukan aku layak nya seorang adik perempuan, memang kami tidak bisa mempunyai hubungan lebih dari sekedar teman, tapi cukuplah aku sebagai seorang adik dari , Danu. dan sejak saat itu lah, aku takut untuk merasakan sebuah cinta.
Virus kangen kini telah menyerang ku, aku buka fb Danu dan mengirim beberapa pesan melalui fb nya. Pesan yang berisi ungkapan “miss”. Danu hanya bisa membalas pesan dari ku malam minggu nanti pukul 7 malam. Hanya saat itulah kami dapat berkomunikasi. Sulit rasanya mnerima keadaan ini, tapi lama kelamaan ku coba mencerna arti dari semua ini dan aku dapat tersenyum perih menatap semua ini. Aku berada di tengah0tengah kedua orang tua ku yang begitu sibuk, mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hingga lupa akan aku dan waktu yang terus berputar, bahkan hari minggu hanya mereka lewati di depan computer.
Ku lepas rinduku melewati dunia maya, aku oun bergegas membasuh tubuh ku.
“non??” panggil bibi
“ia bi??” sahut ku ballik
“sudah mandi?? Mau makan malam sekarang non? Atau minum susu?’ percakapan kami yang di batasi pintu
“ia bi gampang, kalau laper aku turun” jawab ku
“baikalh non”
Rasanya cacing dalam perutku telah berdansa ria. Aku turun dari kamarku menuju runag keluarga yang berada di lantai satu.
“lapar non? Mau makan?” Tanya pembantuku yang telah paruh baya itu
“ia bu” jawab ku. Aku telah menganggap nya layaknya seorang ibu, karna sejak kecil, ialah yang merawat ku, dan mungkin kasih sayang nya jauh lebih besar dan banyak di bandingkan kedua orang tua ku.
“mau ibu suapin??” manja pembantuku itu padaku. Ia selalu menganggap ku seperti anak nya sendiri
“ehmmm” aku berfikir sejenak “ egkk ahh. Malu sama umur! Udah besar gini masa masih di suapin” aku pun tertawa kecil
“baiklahh, ibu ambilkan lauk-pauk nya ya? Non tunggu disini” pinta ibu padaku.
Aku pun menikmati malam sunyi ku besama para pembantuku. Tiba-tiba ponsel ku berbunyi.
“ceweeeeeeeeeee” kata dari pesan itu
“ah apaan sih! Kesel!!!!” ketus ku
“kenapa si non?” Tanya ibu khawatir
“biasalah.. fans” enteng ku
Aku pun kembali ke kamar. Bosan menunggu mamih dan papih yang tak kunjung pulang. Aku lebih memilih membaca beberapa novel ternama di kamar sambil menyantap ice cream.
Kelakson mobil bernbunyi nyaring, itu tandanya kedua orang tua ku telah tiba. Aku arah kan pandangan ku kea rah jam dinding, yang menunjukan pukul 21.00, meski demikian aku anggap mereka pulang sore. Karna biasanya mereka pulang lebih larut dari ini.
Langkah sepati mamih mulai terdengar menuju kamar ku, aku pura-pura tertidur dan menyembunyikan novel yang aku baca di bawah selimut ku.
“sudah tidur” kata ibu, sambil mencium keningku. “maaf sayang, waktu mamih tersita banyak untuk pekerjaan mamih. Maaf yahh” pinta ibu pelan sambil membelai manja rambut ku. Ingin rasanya aku menangis disana, berteriak dan berkata bahwa ungkapan maaf mamih sudah tak berharga kini. Karna mamih dan papih telah membuat luka di hati ku.
Mamih keluar dari kamar ku. “ selamat tidur sayang “ sambil menutup pintu kamar ku.
Aku buka selimutku. Aku mencoba menahan air mata ku. Yang sayanganya tak berhasil, air mataku meluaplah sudah. Ku nyalakan lampu dan memeluk erat boneka pemberian Danu, yang ia berikan sebelum ia pergi.
“kamu tau egk dan? Aku butuh kamu! Buat bikin aku ketawa lagi. Kenapa si kamu harus pergi. Aku sakit di sini dan” sambil memeluk erat boneka itu.
Beberapa kata yang aku ingat sebelum ia pergi “TEGAR, BUKTIKAN PADA SEMUA KALAU KAMU BISA, ASKA”
“baiklah danu, aku akan tegar!” sambil menghapus air mata ku. Ku tutup kedua mataku dan kembali tidur.
Bulan telah lelah berjaga semalaman, matahari pun kini muncul di sambut dengan suara jam beker ku yang berdering keras.
“oahhhhh” aku menguap kencang. Gorden di kamar ku telah terbuka lebar, dengan matahari yang memperindah nya. Pukul 06.30 aku baru bangkit dari tidur ku,maklum lah, aku berdekolah di sekolah swasta yang masuk pukul 07.30 .
Aku turun ke meja makan dengan berpakaian seragam rapi.
“pagi sayang..” sahut papih dan aku pun menghampirinya, lalu di beri ciuman hangat darinya, begitu pula dengan mamih ku.
Aku duduk di samping mamih ku.
“hari ini, pulang malam lagi???” Tanya ku
“ia sayang” jawab papih sambil mengoles rotinya dengan selai coklat
“ohh” celetukku singkat
“tapi mamih enggak kok, mamih pulang sekitar jam 4 sore” ujar mamih
“bener mih????” aku meyakinkan mamih ku
“bener sayang, kita jalan yaa” pinta mamih
“tentu mamih”
Senangnya pagi itu, jarang sekali mamih bisa meluangkan waktunya bersama kuJ
Aku sampai di sekolah 15 menit sebelum bel masuk berbunyi.
“seneng banget???” aneh Sera
“haahahahha” aku menjawab nya dengan tawa
“dasar aneeehhh”
Brukkkkkkkkkkkkkkkkkkkk. Seorang lelaki menabrak ku hingga jatuh ke lantai.
“awwww” ujar ku
“sorry yah” pinta lelaki itu yang ternyata seorang Andre
“ANDREEEE” teriak ku ketika Andre telah berada jauh dari tempat ku terjatuh.
“cowo nyebelin, enggak bertanggung jawab, sombong, genit” aku terus berkicau sambil memegang pundak ku yang kesakitan. Sera hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Kami pun duduk di kelas.
“ser, sakit nih” keluh ku
“terus mau di apain lagi?? Amputasi?” canda Sera
“apaan sihh..” cemberut ku
“aska, maaf ya. Gue enggak sengaja! Maaf banget” ujar Andre pada ku.
“ia!” ketus ku
“thanks yaa ka” sambil tersenyum padaku
“ia sama-sama. Sebagai gantinya mau enggak…” kata-kata Andre terputus ulah bel yang berbunyi.
“apa??” Tanya ku
“nanti aja dehhh, istirahat”
Tanpa sadar, Sera melihat aku dan Andre bercakap.
Pelajaran pun dimulai seperti biasanya.
Tanpa sadar bel istirahat telah berbunyi.
“kantin yuu??” ajak Sera pada ku
“males ah, aku mau ke perpustakaan. Tadi aku bawa novel dari rumah, ehmmm aku niat baca itu novel di sekolah. So, aku egk ikut ahh” jawab ku
“oke deh kalo gitu, mau titip sesuatu enggak??” kata Sera
“no thanks”. Sera pergi ke kantin sendirian.
Sedangkan aku melangkahkan kaki ku menuju perpustakaan sambil membawa sebotol air putih. Aku tutup novel yang aku baca, mencegah agar aku tidak terjatuh seperti pagi tadi. Aku arahkan pandangan mataku menuju lapangan. Ada Andre dan genknya bermain basket. Entah apa yang terjadi, langkah ku malah terhenti. Aku duduk dikursi yang letaknya di pinggir lapangan, kuu putuskan membaca novel disana, sambil sesekali melihat kearah Andre. Di halaman 89, aku pun akhirnya beralih pandangan kearah Andre, dan Andre balas melihat ku, dia memberikan senyum nya yang aku anggap begitu sulit ia lakukan untuk ku, aku pun balas memberikan senyuman untuknya. Di menit tersebut aku merasa tak tertarik dengan novel yang aku baca itu, aku malah asyik menatap aksi Andre bermain basket. Andre, murid yang pintar, artis, atlet basket, dan juga menyebalkan.
Bel masuk akhirnya berbunyi, istirahat yang tak berarti bagiku. Kali itu aku sama sekali tak meneguk segelas air atau pun cemilan yang bisanya aku maskan setiap istirahat tiba. Tiba-tiba Andre menghampiriku, detak jantungku berdetak kencang, dan ternyata dia hanya ingin mengambil botol air mineral ku yang kuletakkan di sampingku.
“dari pada enggak diminum, mendingan buat gue!” santai Andre yang tanpa izin lalu meminumnya.
“rrrrrrrrrrrggggg” sambil mengernyitkan dahi ku
“ah, gitu aja marah” sambil tersenyum aneh lalu menggandengku dengan pd nya.
“eh apaan si, bahaya nih kalau ada yang liat!” ksal ku
“biarinn” kami pun jalan berdua sampai ke kelas.
“oh ya,, sebagai ungkapan maaf aku. Mau enggak kita makan bareng?????” sambil mengangkat alisnya
“dimana??” Tanya Aska
“ehmmm, yang enak deh pokoknya. Gimana?”
“oke” setuju ku.
Kami sampai di kelas berdua, semua anak-anak menatap ku aneh. Termasuk Sera, pandangannya berbeda dari biasanya.
“loe enggak kenapa-kenapa kan?” lembut ku
“enggak” ucap nya tanpa melihat ke arah ku
Aku duduk di kursi ku. Kebetulan jam pelajaran kali itu kosong, aku tetap berada di kelas sementara beberapa teman teman ku melangkah meninggalkan kelas. Andre lalu duduk di samping ku.
“ngapain kamu, badut??” Tanya ku yang seolah tak peduli
“nau ngobrol sama kamu, doraemon!” balas nya mengejekku
“huuuuu” sambil menjulurkan lidah ku kearahnya.
“ulang tahun kamu kapan si ka?” Tanya Andre
“23 desember, kenapa? Mau ngasih kado?” sindir ku
Kami terus ngobrol bersama, sampai-sampai aku melupakan Sera yang duduk persis di samping ku. Kami tertawa bersama, bercerita banyak dengan Andre. Berawal dari ngobrol iseng lalu merambah ke nomer ponsel.
“Brukkkkkk” seakan sengaja,Sera menjatuhkan buku tebal nya ke lantai.
Aku dan Andre menatap kearahnya.
JJJ
Bel pulang berbunyi. Sesuai rencana, aku dan Andre akan makan bersama. Aku melangkah pulang bersama Andre dan Sera.
“Ra, aku mau makan. Kamu mau ikut sama kita?” Tanya ku
“kita? Maksud kamu?” ulangnya yang merasa janggal dengan kata-kata Aska barusan
“ia kita, aku sama Andre” jelasku
“enggak makasih” Sera yang aneh, dia langsung pergi tanpa melihat ku sedikit pun. Aku menarik nafas lalu pergi dengan mobil getz milik Andre.
“kita kemana?” Tanya ku
“udah nurut aja!” sambil mendorong ku masuk ke dalam mobil
Setengah perjalanan. Kami tak berbicara apapun, hanya membiarkan lagu-lagu PeeWeeGaskins berbunyi di mobil Andre.
“andre, aku enggak engak sama Genie!” pelan ku sambil menatap Andre
“enggak enak gimana? Dia Cuma temen gue doang koo. Dia juga enggak punya hak buat ngatur-ngarut gue” singkat nya yang membuat Aska yakin, jika ia akan merasa nyaman bersama Andre.
“ouw” kata ku yang membentuk huruf O
“pertanyaan nya aneh” kata Andre
“iehh, aku kan Cuma mastiin. Supaya aku nyaman ada sama kamu” kesal ku
“maksud kamu??” Tanya mengulang
“enggak ada maksud!” ketus ku
Aku mendapat pesan yang datang dari mamih ku.
“damn!” ucap ku setelah membaca sms dari mamih ku, yang berisi jika ia batal pulang cepat
“kenapa doraemon??” Tanya Andre dengan nada khawatir
“enggak” sambil menyembunyikan perasaan kecewa ku saat itu.
“yaudah kalau enggak mau curhat, palingan cepet tua” santainya.
Kami pun sampai di restoran itu, yang ternyata adalah restoran donat. Kami duduk berhadapan, bercerita tentang aku dan dia. Bercerita tentang keluh kesah kami. Aku merasaan sesuatu dari seorang Andre. Dan aku rasa, Andre yang anak-anak kenal hanyalah Andre yang palsu. Andre menjadi seorang artis hanyalah karna paksaan dari kedua orang tuanya, bahkan kedua orang tua Andre telah bercerai dan kini Andre tinggal bersama Ayah nya. Miris aku mendengarnya. Aku pun bercerita tentang kehidupan ku. Kami saling terbuka, dan baru pertama kali aku melihat Andre menangis ketika ia bercerita tentang kehidupannya.
Cukup lama kami ada di sana, akhirnya kami pun pulang.
“makasih ya ndre buat hati ini” ucap ku sebelum turun dari mobil
“ia sama-sama”
Aku sampai di rumah yang aku anggap surga tak berbidadari. Beranjak ke kamar ku dan melempar tas ku ke sofa di kamarku. Aku buka notebook ku berharap ada pesan dari Danu, yang ternyata nihil. Harus aku menunggu untuk yang tak pasti, menunggu Danu datang bak pangeran bersama kereta kudanya. Ku rasa tidak, aku akan berhenti untuk itu. Membuka sebah lembaran baru dan mengukir kisah baru, aku lelah untuk terpuruk dalam keadaan yang tak pernah berubah. Yang kusebut harapan, adalah sebuah penantian.
“non, mau makan??” Tanya ibu dari luar kamar ku
“tidak bu, aku udah makan!!!” teriakku
“baiklahh” ibu meninggalkan kamarku
Hampir larut malam, aku masih saja mendengarkan lagu avril di telingaku sambil membaca novel. Kelakson mobil papih ku berbunyi nyaring. Ku lihat jam yang menunjukan pukul 23.00.
“houfftttt,, sudahlah Aska, enggak mungkin mamih ngasih waktunya buat seneng-seneng bareng kamu” aku pun berkata pada diri ku sendiri.
JJJ
Pagi yang cerah. Aku tak berniat ada Andre disini untuk membuatku tersenyum seperti kemarin. Karna, ketika aku sampai di sekolah tadi pagi, aku telah melihat Genie dan Andre bersama kembali, dank ku anggap mereka akan terus bersama.
Seperti biasa, aku duduk di kursi yang letaknya tepat di pinggir lapangan basket sekolahku. Bedanya, kini aku hanya melihat lapangan yang hampa, tanpa pemain satu pun. Yang kurasa saat itu, hanyalah tiupan angin yang kencang, dan aku yakin 10 menit lagi akan turun hujan.
Aku melihat Sera berjalan menuju kelas, dia tak menyapa ku bahkan tak menoleh ke arahku.
“sera!” teriakku. Tapi sayang, Sera seakan tak mendengar teriakkan ku. “sebenernya aku salah apa sih? Sampai kamu bersikap dingin gini sama aku? Bilang Ra, biar aku introspeksi diri aku sendiri. Bilanng!” ucap ku kembali berteriak, dan langsung duduk kembali sambil menundukan kepalaku.
“kenapa kamu enggak jujur sama aku kalau sebenarnya kamu itu sayang kan sama Andre!” kata Sera yang hadir di hadapan Aska
Aska mengangkat kepalanya, ia terheran-heran mendengar kata-kata Sera barusan. “maksud kamu apa??”
“kenapa kamu enggak jujur kalau kamu suka Andre!! Ia kan?”
“lohh, terus apa hubungannya sama kamu Ra?”
“hubungannya? Jelas ada hubungannya. Sekarang waktunya kamu berkorban demi aku, ketika aku udah berkorban demi kamu! Bahkan keluarga kamu!. Kamu masih inget? Dulu waktu kita masih kecil, aku yang nyelamatin kamu waktu kamu tenggelam ke danau. Inget? Dan ketika kamu sampai di tepi, malah aku yang orangtua kamu marahin. Padahal aku yang nyelamatin nyawa kamu, aku yang nyelamatin putri bungsu dari keluarga kaya raya! Dan sekarang, kamu punya hutang budi sama aku” kasar Sera
“apa?”
“lupain Andre, relain dia buat aku! Kalau ternyata kamu memang benar sahabat aku, Ka!” pinta Sera yang membuat ku menganga kaget
“aku enggak bisa Ra, sumpah enggak bisa!”
“ohh, berarti kamu bukan sahabat aku! Sekaligus sahabat yang enggak tau terima kasih” ketus Sera yang semakin membuat ku menangis.
Aku diam tak berkata apapun pada Sera yang masih berdiri sambil melipat tanganya.
“cukup Ra, cukup !” teriakku seakan tak kuasa menahan ini semua.”ambil Andre, ambil! Aku enggak butuh dia! ENGGAK SAMA SEKALI!” kasar ku dengan nada yang tinggi.
“baguslah kalau gituu, thanks” seakan tak berdosa, Sera tersenyum menyebalkan lalu pergi meninggalkanku.
“apa ini yang namanya sahabat? Sera, sahabat kecil ku. Kini hatinya telah di kuasai oleh cinta yang tak pasti. Hingga merusakk segalanya! Aku benci ! benci” hati ku seakan ingin berteriak.
Seperti dugaanku, hujan turun dengan derasnya.
“kenapa kamu bohongin perasaan kamu sendiri, doraemon?” Tanya Andre yang telah basah kuyup
“badut?” Tanya ku, dan melihat Andre dari atas ke bawah
“ia , sampai kapan kamu disini? Anak-anak udah pada pulang kamu masih diem disini. Kamu mau nyiksa diri kamu?” cemas Andre.
“enggak!” kata ku singkat disambut petir yang menyambar
“kita pulang yahh,,” pinta Andre
“enggak!” jawabku yang kembali singkat
“kenapa sih, jawabannya Cuma ENGGAK! Pulang!” andre menarikku pergi dari kursi itu, kursi dimana aku pertama kali melihat senyum Andre yang begitu berbeda. Kami duduk berdua di kantin. Seperti patung, aku tetap diam dengan pandangan kosong.
“aska, are you ok?” Tanya Andre
“yeahh” berkata tak bersemangat sama sekali
“jangan pikir, aku enggak denger apa yang Sera omongin ke kamu barusan. Aku dengar semuanya Ka! Kenapa sih, kamu terus nyembunyiin perasaan kamu sendiri. Please,jangan siksa perasaan kamu sendiri. Aku bersedia jadi yang kamu mau Ka!” pinta Andre yang berubah 180 derajat. Tanpa pikir panjang, aku pun memeluk Andre sambil mengeluarkan air mataku.
“aku takut badut, takut! Takut kehilangan kamu! Mamih! Papih ! bahkan Sera!!!!. Aku bingungggg!!!!!!” histeris ku dalam pelukan Andre.
“aku tau doraemon, aku tau. Mana sih Aska yang dulu? Yang smart, aktif, ceria, semngat. Mana?” sambil melepaskan pelukanku.
“denngerin aku doraemon, kamu sayang sama aku?” Tanya Andre padaku yang masih tertunduk.
“ia ndre!” singkat ku
“kalau gitu, sekarang yang akan jaga kamu aku. Aku bakal selalu ada di samping kamu doraemon!”
“genie?” Tanya ku yang mengherankan keadaan Genie nantinya.
“dia temen aku doraemon, dan kamu tau itu kan?” bingung ku.
“TERSERA nantinya dia mau apa, Andre tetap dan selamanya untuk doraemon”
“baduttt,, makasihhhhh” haru ku
“ia sama-sama, semangat!!!!”
JJJ
3 hari setelah entah kemna kepergian Genie. Tanpa sepengetahuan Sera, Andre dan Aska pacaran.
“andreee” sapa Sera
“pergi kamu dari kehidupan gue !” kasar Andre. “kalau kamu nyakitin Aska, kamu bakal berhadapan sama gue. Ngerti!” sambil meletakkan tas nya
“apaan sih??” bingung Sera
“woii bro.. selamet yee udah jadian sama si Aska” kata salah satu sahabat Andre, Bagas.
“okee, thanks bro” jawab Andre, sambil bersalaman dengan Bagas
“arrrrghhhhh---“ teriak Sera lalu keluar dari kelas, hingga menabrak bahu ku yang hendak masuk kelas.
“kenapa sih tuh bocah?” Tanya ku yang mencoba kembali menjadi aku yang dulu.
“semuaaa” sapa ku ceria
“hoiiiiiiiii” sahut balik semua temen-temenku
“nah itu dia anaknya!!! Yang lagi di omongin datengg jugaaa” kata Bagas sambil tertawa bersama.
Akhirnya, semua tau keadaan aku dan Andre sekarang.
Setelah itu, Sera pindah sekolah. Bahkan dia pindah ke negera lain. Dan aku anggap satu masalah ku hilang sudah, tertiup angin bagai debu. Dan keluarga ku? Ku harap keajaiban akan datang padaku dan akan terjadi yang jauh lebih dari ini. Mencerna apapun yang terjadi, berfikitan positive dan jangan melihat kebelakang lagi, jalan masih terbentang luas untuk kita lalui.. dan jangan menyerahh untuk menemukan sebuah jalan keluar. tersenyum untuk dunia. Ucapkan ‘haii’ pada kehidupan mu, dan jangan kau hentikan langkahmu sebelum kau berhasil menggapai sejuta impimu, tegar dan buktikan pada dunia bahwa kamu bisa.
taamattt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar